Hari Sabtu kemarin, tepatnya tanggal 14 September 2013, sejak jam 7 pagi hingga jam 5 sore saya menghadiri acara Education Fair Pemburu Beasiswa 2013 yang diadakan di GSP UGM. Lumayan pegal, tapi berefek banget sama saya. Semangat saya sepertinya tersulut kembali, halah.. :D seminar beasiswa seperti ini harusnya sering-sering diadakan oleh komunitas atau penyelenggara yang lain agar orang-orang seperti saya bisa naik lagi semangatnya. Teringat dulu kala (ini juga halah) saya dan salah seorang sahabat saya adalah sepasang mahluk yang sering bergentayangan di pameran beasiswa sejak kami S1, hampir setiap pekan jika ada pameran beasiswa ke LN yang diadakan di Makassar, dipastikan kami akan berada disana. Selain ingin nambah semangat berburu beasiswa, dapat info dan yang tak terlewatkan adalah mengumpulkan goody bag, pulpen, brosur dan buku-buku perkenalan prodi yang tebal dari setiap Universitas LN yang bagus dan berbahan glossy tersebut buat berati-beratin tas dan keren-kerenan, heheh.
Bertahun-tahun
sebagai mahasiswa S1 naif yang haus pengen ke LN secara gratis membuat kami
gencar mencari informasi beasiswa LN lewat internet, rajin ikut pameran dan
seminar beasiswa, rajin ngumpulin brosur, rajin nanya-nanya dan ikut kursus
bahasa Inggris. Bahkan kami sempat mengikuti kursus di dua tempat yang berbeda.
Pokoknya prinsip kami saat itu adalah “Before I die, Study Abroad”.
Tapi
lama kelamaan karena tidak sering lagi bergentanyangan di pameran pendidikan,
semangat kami mulai kendur. Teman saya bahkan sepertinya sudah lupa mimpinya,
saya beberapa kali melewatkan kesempatan beasiswa ke LN sewaktu S1 dan terpaksa
gigit jari ketika beberapa adek angkatan berangkat ke LN dengan beasiswa secara
bergantian tiap tahun. Saya tidak seperti mereka waktu itu, selalu ingin hidup
di zona nyaman. Saya selalu berfikir, bagaimana kuliah saya nanti? Bagaimana
skripsi saya yang udah setengah jalan? Bagaiamana jika saya tinggalkan? Kan
sayang sekali bagaimana itu ? dan bagaimana ini? Serta bagaimana-bagaimana
lainnya akhirnya sampai lulus kuliah saya belum juga dapat beasiswa LN.
Walau
sudah lulus dan sudah bekerja, saya tidak akan pernah lupa mimpi saya, sekolah
ke LN, utamanya Belanda. Tapi setelah lulus, apapun yang datang dan mampu saya
usahakan walau bukan ke Belanda, saya ikutan. Ketika mulai mendaftar ADS, skor
toefl tidak mencukupi dan akhirnya gugur dari awal. Tahun berikutnya ada
beasiswa S2 ke Amerika, USAID. Udah koprol ngurus berkas-berkasnya, melobi
beberapa orang termasuk ketua jurusan, teman saya yang ngajar sebagai dosen di
Poltek dan teman sekantor untuk ngisi surat rekomendasi dan nulis yang
baik-baik tentang saya dan akhirnya terkirim lah aplikasi saya, akhirnyaaa..
ngirim aplikasi saja itu udah sukses banget buat saya, heheh. Menunggu dan
menunggu, dalam penantian, saya mendapat teman-teman seperjuangan yang bertemu
di grup beasiswa tersebut dan saling memberi motivasi. Tiba pengumuan berkas,
alhamdulillah saya tidak termasuk yang lolos :D tapi alhamdulillah juga dapat
kenalan penerima beasiswa US AID yang menjadi tempat saya bertanya selama saya
mengurus berkas.
Tahun
berikutnya pendaftaran PPAN (Pertukaran Pemuda Antar Negara) yang diadakan
Dispora akhirnya dibuka. Tadaaa, menurut saya ini adalah proses pendaftaran
yang cukup sulit, semua tahapan tesnya wawancara -_- jadi berkas itu cuman
diawal untuk memilih program apa yang kita pilih. Dulu saya memilih SSYEAP
(Ship for South East Asia Youth Program) Di program ini peserta
yang lolos bakal berlayar pakai kapal pesiar selama kurang lebih dua bulan
mengelilingi Asia Tenggara dan berakhir ke Jepang. Saya mupeng banget naik
kapal pesiar, heheh.. tapi sebenarnya motivasi saya ikut proram ini adalah
karena seragamnya, iya! Ciyus karena seragamnya buat saya itu kuereen..
>.< jadi kayak seragam paskibra gitu, tapi warnanya biru gelap, yang cowok pake dasi panjang, yang cewek pake syal yang diikat jadi pita, terus
pakai peci, di pecinya ada pin Burung Garuda warna emas, trus pin gambar negara Indonesia disematkan di dada sebelah kanan apa kiri ya? pokoknya gagah banget dah
pokoknya. Saya ingin pakai seragam itu.
nah, skefo nih program PPAN inilah yang diikuti oleh Ahmad Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara yang akhirnya membawa ia ke Kanada, kisahnya tersebut ia tuliskan ke dalam novel keduanya, Ranah 3 Warna. Nah pas banget waktu pas pendaftaran PPAN ini, versi filmnya juga sedang gencar promosinya, dan soundtrack filmya yang dinyanyikan oleh Yovi dan The Nuno, judulnya Man Jadda Wajada juga menjadi soundtrack saya untuk mengejar beasiswa PPAN. Dengar di kamar sambil mempersiapkan diri ikutan tes dan juga dengerin di angkot setiap hari, biar feelnya kerasa, aseeek..
Beginilah Seragam PPAN |
nah, skefo nih program PPAN inilah yang diikuti oleh Ahmad Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara yang akhirnya membawa ia ke Kanada, kisahnya tersebut ia tuliskan ke dalam novel keduanya, Ranah 3 Warna. Nah pas banget waktu pas pendaftaran PPAN ini, versi filmnya juga sedang gencar promosinya, dan soundtrack filmya yang dinyanyikan oleh Yovi dan The Nuno, judulnya Man Jadda Wajada juga menjadi soundtrack saya untuk mengejar beasiswa PPAN. Dengar di kamar sambil mempersiapkan diri ikutan tes dan juga dengerin di angkot setiap hari, biar feelnya kerasa, aseeek..
0 komentar:
Posting Komentar