Pages

Senin, 30 September 2013

(Lanjut) Berburu Beasiswa LN

Peserta PPAN 2012

Tes pertama PPAN, wawancara dalam bahasa Inggris, waktu itu ditanyaiin kalo gak salah ingat menyikapi keberagaman di Indonesia, ya udah saya jawab aja dengan bahasa Inggris pas-pasan, heheh..pas waktu pengumuman, eh lolos ternyata.  Persiapan tes kedua setingkat lebih sulit. Wawancaranya macam-macam, habis itu perform seni budaya. Untuk yang ini, saya nyiapin puisi dan tarian daerah.  Giliran saya tiba, gugup banget harus perform sendirian di tengah-tengah banyak orang habis itu ditanyaiin lagi. Yang lucu sekaligus bikin saya ketawa sendiri adalah dari sekian banyak peserta, hanya saya yang perform tarian di luar Sulawesi Selatan, wakakaka.. ~_~ Saya memilih Tarian Saman, karena beberapa alasan: pertama, waktu itu sempat nanya panitia kalo peserta boleh-boleh saja menampilkan seni di luar daerah Sulsel dan yang kedua karena sempat menampilkan tarian itu waktu kuliah jadi masih hapal banget gerakannya. Tiba masa tes, jadi pusat perhatian, soalnya tarian dan bajunya beda sendiri, hihihi. Sampai tahapan disitu saja, soalnya gak lolos tahapan selanjutnya :D Selama masa tes PPAN, jadi ketemu beberapa teman lama di masa SMA dan kuliah. Salah seorang yang berasal dari masa kuliah jadi teman ngobrol beberapa hari, kami sering diskusi, ia juga yang bantuin saya pakai kostum tarian saman yang ribet banget buat saya dan dari hari pertama saya udah yakin ia adalah saingan terberat dan nyali saya semakin mengecil ketika tahu ia juga mendaftar program yang sama dengan saya, yang naik kapal pesiar ke Jepang itu  dan tadaaa.. hasil akhir ia yang berhasil mendapatkan kesempatan keliling ASEAN+Jepang naik kapal pesiar impian saya. Memang layak kok, orangnya cerdas :) 

Kesempatan ke Belanda, akhirnya datang! Yuhuu! Summer School di Utrecth University selama dua minggu! walau cuman dua minggu, tapi itu Belanda cuuy! Apalagi untuk ikutan cukup dengan ngirimin tulisan sesuatu tentang Belanda yang temanya udah ditentuin oleh penyelenggara. Saya yang udah suka bikin coletehan jadi tulisan senang banget karena gak terlalu jadi beban, ikutanlah saya kompetisi blog itu, tapi gagal juga, hikss.. pas ‘ngepo’ di blog pemenang Summer School itu, waahh..ckckck..emang pantas kok dia yang menang, soalnya tulisan dan blognya emang keren.

Wanna be here someday

Usaha saya ini mungkin hanya setitik air di lautan (halah) dibandingkan mereka yang udah berhasil. Jalan ke sana pasti tidak mudah. Penuh kerja keras, tantangan, pengorbanan. Yang pastinya ikthiar dan doanya sebandinglah. 

Kita kembali ke Seminar Beasiswa itu, beberapa narasumber yang hadir sepertinya membakar semangat sekitar hampir 2000 para pemburu beasiswa. Acaranya digelar dari jam 7 pagi-jam 5 sore. Sebenarnya acaranya berakhir hingga pukul 4 sore, tapi saya mengejar Door Prize sebuah Ipod Nano, maka saya bertahan untuk tinggal ikutan kuis sampai akhir acara, dan saya tidak mendapatkan I-pod itu :( ya sudahlah, yang terpenting motivasi dari para pembicara sudah bikin semangat berkobar lagi. 

Salah satu pembicara adalah Bang Ahmad Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara. Bang Ahmad, membakar semangat para pemburu beasiswa dengan meminta kami untuk meneriakkan mantra "Man Jadda Wajada"  sekeras-kerasnya sambil mengepalkan tangan tinggi-tinggi. Gedung GSP bergema oleh mantra tersebut yang anehnya bikin bulu kuduk saya merinding. Wow beud deh! :D 

Bang Ahmad Fuadi membuka presentasinya
Ada pula Teh Karin, saya kurang mengenal beliau, tapi ia adalah seorang akhwat yang anggun banget penampilannya. Cara ia berkomunikasi begitu teratur, lancar dan ngena. Ia lulusan sarjana di salah satu universitas terbaik di New Zealand (saya lupa nama universitasnya). Teh Karin berbicara mengenai cara mendapatkan beasiswa yang PENUH dan BERKAH tentunya. Subhanallah. Salah satu nasehat yang Teh Karin yang saya ingat adalah, jika punya mimpi, biasakanlah untuk menulisnya, dimanapun. Di pajang di dinding kamar, atau di cermin atau menuliskannya di diary, cara tersebut adalah salah satu cara kita berdoa. Saya sendiri, suka menuliskannya di diary blog saya :)


Giliran Teh Karin yang bicara (maaf, gambarnya kabur, kualitas kameranya kurang bagus ngambil gambar yang jauhh)

Mengapa LN? Kualitas? Bisa Jalan-jalan? :D
Kak Febri lagi sibuk menandatangi buku HKD
Aamiin ya Rabb..
Yang paling saya tunggu adalah Kak Febri, sang penulis buku Haram Keliling Dunia. Mengapa ia adalah pembicara yang paling saya tunggu? Simple, karena ia pernah belajar di Belanda! Negara impian saya untuk melanjutkan sekolah. Dengan waktu yang terbatas yang diberikan panitia, ia berbicara mengenai kehidupannya di Belanda, mulai dari bagaimana kehidupan di kampus, bergaul di sana, hingga petualangannya menapakkan kaki di beberapa negara Eropa (waktu ia memperlihatkan foto-foto travelingnya, saya nelan ludah aja) Nasehat yang diberi oleh Kak Febri yang cukup aneh tapi "gue banget" adalah Kalau dapat kesempatan belajar di luar negeri, jangan lupa untuk jalan-jalan! hahah.. menurutnya jalan-jalan itu akan memberi makan pada mata dan juga hati. Betuuul!




Lha? lha? kok jadi ngomong travelingnya sih? heheh..Jadi prinsip saya gini: Jangan sampai petualangan dunia luar menganggu urusan sekolah dan jangan sampai karena terlalu sibuk meringkuk dalam kamar, membaca buku menghentikan petualangan kita di dunia luar.. Mari belajar dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja. Setuju??? ;) 

Minggu, 15 September 2013

Berburu Beasiswa


Hari Sabtu kemarin, tepatnya tanggal 14 September 2013, sejak jam 7 pagi hingga jam 5 sore saya menghadiri acara Education Fair Pemburu Beasiswa 2013 yang diadakan di GSP UGM. Lumayan pegal, tapi berefek banget sama saya. Semangat saya sepertinya tersulut kembali, halah.. :D seminar beasiswa seperti ini harusnya sering-sering diadakan oleh komunitas atau penyelenggara yang lain agar orang-orang seperti saya bisa naik lagi semangatnya. Teringat dulu kala (ini juga halah) saya dan salah seorang sahabat saya adalah sepasang mahluk yang sering bergentayangan di pameran beasiswa sejak kami S1, hampir setiap pekan jika ada pameran beasiswa ke LN yang diadakan di Makassar, dipastikan kami akan berada disana. Selain ingin nambah semangat berburu beasiswa, dapat info dan yang tak terlewatkan adalah mengumpulkan goody bag, pulpen, brosur dan buku-buku perkenalan prodi yang tebal dari setiap Universitas LN yang bagus dan berbahan glossy tersebut buat berati-beratin tas dan keren-kerenan, heheh.

Bertahun-tahun sebagai mahasiswa S1 naif yang haus pengen ke LN secara gratis membuat kami gencar mencari informasi beasiswa LN lewat internet, rajin ikut pameran dan seminar beasiswa, rajin ngumpulin brosur, rajin nanya-nanya dan ikut kursus bahasa Inggris. Bahkan kami sempat mengikuti kursus di dua tempat yang berbeda. Pokoknya prinsip kami saat itu adalah “Before I die, Study Abroad”.


Tapi lama kelamaan karena tidak sering lagi bergentanyangan di pameran pendidikan, semangat kami mulai kendur. Teman saya bahkan sepertinya sudah lupa mimpinya, saya beberapa kali melewatkan kesempatan beasiswa ke LN sewaktu S1 dan terpaksa gigit jari ketika beberapa adek angkatan berangkat ke LN dengan beasiswa secara bergantian tiap tahun. Saya tidak seperti mereka waktu itu, selalu ingin hidup di zona nyaman. Saya selalu berfikir, bagaimana kuliah saya nanti? Bagaimana skripsi saya yang udah setengah jalan? Bagaiamana jika saya tinggalkan? Kan sayang sekali bagaimana itu ? dan bagaimana ini? Serta bagaimana-bagaimana lainnya akhirnya sampai lulus kuliah saya belum juga dapat beasiswa LN.

Walau sudah lulus dan sudah bekerja, saya tidak akan pernah lupa mimpi saya, sekolah ke LN, utamanya Belanda. Tapi setelah lulus, apapun yang datang dan mampu saya usahakan walau bukan ke Belanda, saya ikutan. Ketika mulai mendaftar ADS, skor toefl tidak mencukupi dan akhirnya gugur dari awal. Tahun berikutnya ada beasiswa S2 ke Amerika, USAID. Udah koprol ngurus berkas-berkasnya, melobi beberapa orang termasuk ketua jurusan, teman saya yang ngajar sebagai dosen di Poltek dan teman sekantor untuk ngisi surat rekomendasi dan nulis yang baik-baik tentang saya dan akhirnya terkirim lah aplikasi saya, akhirnyaaa.. ngirim aplikasi saja itu udah sukses banget buat saya, heheh. Menunggu dan menunggu, dalam penantian, saya mendapat teman-teman seperjuangan yang bertemu di grup beasiswa tersebut dan saling memberi motivasi. Tiba pengumuan berkas, alhamdulillah saya tidak termasuk yang lolos :D tapi alhamdulillah juga dapat kenalan penerima beasiswa US AID yang menjadi tempat saya bertanya selama saya mengurus berkas. 


Tahun berikutnya pendaftaran PPAN (Pertukaran Pemuda Antar Negara) yang diadakan Dispora akhirnya dibuka. Tadaaa, menurut saya ini adalah proses pendaftaran yang cukup sulit, semua tahapan tesnya wawancara -_- jadi berkas itu cuman diawal untuk memilih program apa yang kita pilih. Dulu saya memilih SSYEAP  (Ship for South East Asia Youth Program) Di program ini peserta yang lolos bakal berlayar pakai kapal pesiar selama kurang lebih dua bulan mengelilingi Asia Tenggara dan berakhir ke Jepang. Saya mupeng banget naik kapal pesiar, heheh.. tapi sebenarnya motivasi saya ikut proram ini adalah karena seragamnya, iya! Ciyus karena seragamnya buat saya itu kuereen.. >.< jadi kayak seragam paskibra gitu, tapi warnanya biru gelap, yang cowok pake dasi panjang, yang cewek pake syal yang diikat jadi pita, terus pakai peci, di pecinya ada pin Burung Garuda warna emas, trus pin gambar negara Indonesia disematkan di dada sebelah kanan apa kiri ya? pokoknya  gagah banget dah pokoknya. Saya ingin pakai seragam itu.

 
Beginilah Seragam PPAN

nah, skefo nih program PPAN inilah yang diikuti oleh Ahmad Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara yang akhirnya membawa ia ke Kanada, kisahnya tersebut ia tuliskan ke dalam novel keduanya, Ranah 3 Warna.  Nah pas banget waktu pas pendaftaran PPAN ini, versi filmnya juga sedang gencar promosinya, dan soundtrack filmya yang dinyanyikan oleh Yovi dan The Nuno, judulnya Man Jadda Wajada juga menjadi soundtrack saya untuk mengejar beasiswa PPAN. Dengar di kamar sambil mempersiapkan diri ikutan tes dan juga dengerin di angkot setiap hari, biar feelnya kerasa, aseeek..