Baru
saja melihat theme song Piala Dunia 2014 di TV yang berjudul Todo Mundo, dibawakan
oleh penyanyi Brasil, Gaby Amarantos. Hingga sekarang, bagi saya, saya
belum menemukan lagu sekeren dan melekat banget di kepala, punya Ricky Martin
di Piala Dunia tahun 1998 di Perancis, yang judulnya La Copa de la Vida (Cup of
Life). Tapi saya bukan ingin bercerita dan mengkritisi lagu-lagu Piala
Dunia. Ini tentang fase kehidupan. Apa hubungannya dengan Piala Dunia?
Album La Copa De La Vida |
Untuk saya, saya membuat standar fase kehidupan
saya berdasarkan perhelatan Piala Dunia, heheh. Saya mulai melakukan ini sejak
tahun 1998, Piala Dunia di Perancis. Salah satu yang menarik buat saya dengan
piala dunia kala itu, ya karena lagu punya Om Ricky Martin. Sekedar info, lagu
itu sangat terkenal di tahun 90-an, yang notabenenya di tahun tersebut lagu
anak-anak (yang bener-bener lagu yang cocok untuk usia anak) masih sering wara
wiri di TV dan beberapa diantaranya mengadaptasi lagu La Copa de la Vida ini. Sangat disayangkan, saya lupa nama penyanyi
anak-anak itu dan juga judul lagunya L yang paling saya ingat adalah musiknya, lagu
Piala Dunia 1998 ini benar-benar melekat di kepala saya. Ditambah lagi, lirik
bagian “Go, go, go, ale, ale, ale..” ini sering dinyayikan dimana-mana. Di dalam
rumah saya, di lingkungan tetangga dan juga di sekolah dinyanyikan oleh
anak-anak sebaya saya.
Sebagai anak-anak (waktu itu masih SD) tentunya
fase kehidupan yang saya pikirkan kala itu, masih sangatlah sederhana. “Kapan
Piala Dunia diadakan lagi?” Tanya saya pada Ayah. “Empat tahun lagi baru akan
diadakan kembali.” Lalu saya kemudian memikirkan empat tahun ke depan saya akan
menjadi apa ketika Piala Dunia muncul lagi? Sesederhana, seperti empat tahun ke
depan saya sudah sekolah di SMP, terus empat tahun berikutnya saya sudah
kuliah, dan seterusnya. Namun, ketika semakin dewasa, saya memikirkan fase
kehidupan ini menjadi lebih kompleks. Empat tahun ke depan apakah saya masih
hidup untuk menonton Piala Dunia kembali? Saya bakal berada dimana menonton
Piala Dunia empat tahun ke depan? Bagaimana kehidupan saya setelah empat tahun
ke depan? Apa sudah sukses kah? Ayah dan ibu bagaimana? Teman-teman saya
bagaiman? Bagaimana jika empat tahun ke depan saya ditawari menyanyikan theme song Piala Dunia berikutnya,
hahah. Dan yang paling sering terlintas adalah, apakah ketika menonton Piala
Dunia berikutnya sudah ditemani/menemani suami? :D
Mendengar theme
song Piala Dunia barusan, membuat saya meng-flashback semua yang telah saya lewati sejak pertama kali membuat
standar fase kehidupan saya di tahun 1998. Lima belas tahun telah berlalu dan
akan menjadi enam belas ketika Piala Dunia 2014 akhirnya diadakan di Brazil. Ketika
di tahun depan, jika saya masih diberikan umur yang panjang, artinya sudah
empat perhelatan Piala Dunia telah saya lewati dalam kehidupan saya sejak saya
mulai mengerti betapa serunya Piala Dunia selain menantikan seperti apa theme song-nya.
Perhelatan piala dunia di tahun 2010 kemarin,
saya kurang begitu mengikuti karena kesibukan mengurus skripsi. Dan saya sempat
kecewa, kesempatan untuk menonton begadang semalaman bersama ayah jadi terlewati
L dan di tahun 2014, insyaallah saya nantinya akan disibuki menggarap
tesis. Woaah, dua perhelatan Piala Dunia selalu bertepatan dengan tugas akhir
saya. Hmm..
Saya bukan penggemar bola sejati, tetapi setiap
empat tahun sekali saya akan membiarkan diri saya bergabung di dalam hiruk
pikuk euforia Piala Dunia. Terutama dengan ayah. Saya ingat beberapa piala
dunia, beliau rajin membawakan pernak perniknya. Baik itu jadwal pertandingan piala
dunia yang akan saya tempelkan di tembok kamar, hingga handuk bergambarkan
bendera negara tim jagoan saya.
Berdasarkan apa yang terjadi sekarang dan
dimana saya berada. Saya dapat memprediksi pada saat Piala Dunia tahun depan,
saya akan berada di kamar kos, nonton sendirian dikelilingi buku-buku dan
revisi tesis.
Sleman, 2 Juli 2013
01:55 AM
0 komentar:
Posting Komentar