![]() |
source : http://www.batasnusa.com/tugujogja-landmarknya-jogja.html |
Ada kegelisahan
tersendiri ketika saya harus menanyakan arah jalan di Jogja (halah), paling
tidak itulah yang saya rasakan ketika tiba di kota ini. Karena di tempat saya
berasal, menanyakan tempat cukup dengan mengatakan nama jalan, sebelah kanan
atau kiri trus biasanya ditandai dengan satu bangunan yang sudah familiar. Misalnya:
tempatnya berada di Jalan X, sebelah kanan Hotel Y. Saya yang tidak terbiasa
dengan arah mata angin memaksa saya
harus menghapal betul arah mata angin disini, tapi sampai sekarang saya
masih bingung.
Tidak masalah ketika
saya masih berada di area sekitar kos atau di kampus, saya masih bisa mengenali
arah utara, ke arah Gunung Merapi, karena patokan orang-orang disini adalah Gunung
itu. Apalagi dari kos atau kampus puncak Merapi sangat terlihat jelas. Pokoknya harus ingat utara itu ada di arah Gunung Merapi, saya ulangi
kata-kata itu di kepala saya. Tapi lain lagi ketika berada jauh dari daerah kos
atau kampus, saya mana tahu Merapi ada dimana?? belum lagi ketika harus
bertanya ke penduduk sekitar, bukannya saya jadi mengerti, malah tambah bingung
karena petunjuk jalannya masih diberi arah mata angin. Belum lagi, sepertinya
orang Jogja tidak terbiasa menyebutkan nama jalan, tapi nama tempatnya. Misalnya:
Ke arah barat, lalu belok kiri, tempatnya di samping X (menyebutkan nama
tempat). Lengkaplah penderitaan saya sebagai pendatang ketika diberi intruksi
seperti itu. x_x
Saat pertama
kali datang di kampus untuk mendaftar ulang, saya dibuat ngos-ngosan karena
harus mencari gedung akademik pasca. Masuk gedung sana, masuk gedung sini,
tanya sana, tanya sini, saya malah mutar-mutar tidak jelas. Malah nyasar di
tempat parkir lantai dasar, saya melihat seorang bapak sedang setengah tertidur
di kursinya menjaga kendaraan, dengan rasa tidak enak, saya bangunkan dia dan
menanyakan gedung akademik untuk pasca dimana. Dan tebak, saya dikasih arah
mata angin lagi, malah semakin tidak jelas karena saya tidak mengerti ucapan si
bapak, akhirnya saya malah diarahkan masuk ke sebuah pintu (bukan pintu kemana
saja) tidak jauh dari tempat saya dan bapak itu berdiri, akhirnyaaaa. Apakah
pencarian saya berakhir di balik pintu itu ? saya pikir itu adalah pintu masuk
ke gedung akademik, tapi ternyata itu adalah pintu masuk ruang tempat peralatan
office boy ("_ _)/|
Yasud, saya kemudian meninggalkan tempat parkir dengan rasa
kecewa, memulai lagi pencarian jati diri (eh?) saya memutuskan untuk masuk ke
gedung kuliah fisipol (dan entah sudah berapa kali saya masuk di gedung itu,
tapi tidak menemukan pencerahan) karena
waktu itu adalah waktu libur, maka tidak banyak orang berlalu lalang yang bisa
ditanyai. Eitss, tunggu dulu ada seorang bapak yang melintas, saya lalu bertanya,
dan kira-kira waktu itu jawabannya seperti ini, “Mba e jalan keluar dari sana, trus ke arah barat, belok sedikit, gedungnya ada disebelah
selatan, dan bla, bla, bla, bla...” saya tidak menyerah, terus saya nanya lagi
alias mengkonfirmasi ke bapaknya dengan menggunakan arah kanan atau kiri,
dengan maksud nanti si bapak mengikuti saya menggunakan kata “kanan” atau
“kiri” tapi bapaknya tidak bilang ‘iya’ dan juga tidak bilang ‘tidak’, malah
melanjutkan dengan arah yang ia jelaskan sebelumnya. Ikkhh..si bapak bikin
gemes dehh >.<
Singkat cerita
saya jadi bolak balik berkali-kali keluar masuk gedung fisipol dan lantai
parkir, mondar mandir di bapak yang jaga kendaraan, sempat melihat si bapak itu,
mimik wajahnya jadi bingung melihat saya selalu muncul tiba-tiba di depannya
(emangnya hantu?) Saya stay cool aja,
padahal udah pengen teriak, cuaapekk..! T_T
Untuk kesekian kalinya saya keluar lagi
dari gedung fisipol melalui pintu belakang, nengok ke kanan dan Eureka! Gedungnya
ketemu! Dan itu berada di samping gedung Fisipol, berada tepat di sebelah kanan
gedung.. Aaarrgghhh.. Щ(ºДºщ)
![]() |
source : http://jogjabiz.com/tugu-jogja-titik-nol-0km-jogjakarta/ |
Lain lagi ketika
saya ingin memesan air galon untuk diantar ke kosan, sebelum saya menelpon
pengantar galon, terlebih dahulu saya mengirim sms ke teman yang berbeda
kos untuk nanya kosan saya berada di
sebelah mana (eh?) khawatir akan terjadi lagi peristiwa yang sama, ketika saya
menelpon taksi dan saya dibuat bingung oleh supir taksinya karena arah mata
angin itu. Dan benar ternyata, si pengantar galon seperti orang Jogja
kebanyakan, nanya kos saya berada di sebelah mana, dengan mantap saya jawab “Sebelah
kiri, arah ke utara kalau dari UGM, Mas! “ hohoho :D
Karena masalah
arah mata angin ini, saya jadi ingin sekali mendatangi Mirota Batik yang
terletak tidak jauh dari Malioboro, hanya untuk mengambil peta kota Jogja yang
diberi cuma-cuma di sana. Begitu saya sampai disana, entah karena dendam
kesumat sudah dibuat puyeng dengan per-mataangin-nan ini (halah) saya bukan
hanya mengambil satu lembar tapi buaannyak, padahal petanya sama saja.
Sleman, 13 Maret 2013, 22:30 wib
0 komentar:
Posting Komentar