Pages

Sabtu, 30 November 2013

99 Cahaya di Langit Eropa

sumber: cynthiapray.blogspot.com
Kemarin malam, seperti biasa saya ketika “tidak ada kerjaan” saya meng-scroll lini masa di twitter. Salah satu akun yang saya follow yaitu traveler DuoRansel sedang meng-tweet pendapatnya tentang film 99 Cahaya di Langit Eropa, film yang diangkat dari novel laris Hanum Rais. Kemarin premier film tersebut diputar di Djakarta Theather dan juga dihadiri oleh Presiden SBY dan Ibu Ani, hal tersebut juga diberitakan sejumlah akun berita.

Novel 99 Cahaya di Langit Eropa isinya memang menarik, itu pendapat saya dan mungkin banyak yang setuju dengan hal tersebut karena buktinya novel ini menjadi laris manis di pasaran.  Isi bukunya memang sudah tak perlu diragukan lagi tapi film nya? Saya cukup surprise ketika mengetahui bahwa rumah produksi yang membuat film ini adalah Maxima Pictures. Yang belum ngeh, mungkin akan bilang “lho emangnya kenapa?” Sebelum membuat film 99 Cahaya di Langit Eropa ini, Maxima Pictures terkenal dengan film-film horor berbau seks (atau seks berbau horor?) =D sebut saja Tali Pocong Perawan, Sumpah Pocong di Sekolah, Susuk Pocong, Suster Keramas, Mati di Ranjang, Setan Budeg, Maling Kutang, Menculik Miyabi, de el el el. Lalu ketika Production House ini membuat 99 Cahaya di Langit Eropa (disutradarai oleh Guntur Soehajanto) yang notabenenya adalah film berbau islami, seperti rada gimana gitu ya? Kayak orang yang dulunya sering minum kopi, tiba-tiba minum susu =D

sumber: wikipedia
sumber: wikipedia

Jujur saya belum pernah menonton film-film yang dibuat oleh Maxima Pictures sebelumnya, karena memang saya tidak tertarik menonton film horor Indonesia sekarang (kecuali film horor jaman Suzanna). Saya berencana akan menonton 99 Cahaya di Langit Eropa ini karena memang udah terlanjur jatuh cinta dengan bukunya. Walaupun film ini dibuat oleh PH Maxima Pictures, semoga kualitasnya mendekati dengan dengan isi bukunya karena memang ketika teks novel ‘diterjemahkan’ ke dalam bentuk audio visual pasti tidak akan 100% sama. Yang saya harapkan, dan juga mungkin pembaca novel 99 Cahaya di Langit Eropa adalah ruh dari novel ini tidak hilang.

Salah satu misi novelnya adalah untuk mengajak para muslim menapaki islam yang selama ini mungkin tidak banyak diketahui banyak orang. Saat saya membaca bukunya, saya merasa takjub dengan sisi lain dunia islam di Eropa yang terkuak di dalam tulisan Hanum, selain deskripsi keindahan tempat-tempat bersejarah di Eropa yang digambarkan begitu baik olehnya (maklum Mba Hanum cukup lama tinggal di Eropa). Jadii..bukan hanya sekedar jalan-jalannya saja, ya hampir semua orang ingin jalan-jalan ke Eropa, tapi behind the history-nya itu yang lebih penting, dan saya harap ini juga yang akan dibuktikan oleh Maxima Pictures dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa. Karena saya khawatir yang muncul justru keinginan untuk jalan-jalannya (ya memang ini penting) dibandingkan mengambil makna pesan yang ingin disampaikan Hanum lewat novelnya. Seperti di novelnya, Pada akhirnya, di buku ini Anda akan menemukan bahwa Eropa tak sekadar Eiffel atau Colosseum. Lebih... sungguh lebih daripada itu.

sumber:detik hot